The traditional clothing of Ngalum tribe (District Okbibab) Pegunungan Bintang
Yepmum, Telep, Asbe, Yelako, Lapmum,

Sunday, January 02, 2011

The Light of Bible

TERANG PEKABARAN INJIL MENEMBUS KEGELAPAN DI OKYIP

Part 1

                Bermula dari seorang bapak bernama  Leitus Setamanki dimana dia mengunjungi keluarganya (uncles and aunts) di kampung Okyip pada tahun 1983, dimana beliau adalah seorang pelayan umat atau dalam ruang lingkup gereja Katolik dikenal dengan nama katekis dari Paroki St. Maria Abmisibil pertama kalinya datang ke kampung Okyip sebagai missioner dalam membawa pekabaran injil. Beliau dipanggil untuk melayani umat Tuhan yang ada di wilayah ufuk timur suku Ngalum  itu dan juga merupakan kampung halaman dari mama kandungnya. Dari sisi keturunannya, Mama dari Leitus Setamanki adalah keturunan dari marga atau klen Yamhin dimana klen ini pada umumya berasal dari kampung Okyip dan Bapak-nya adalah keturunan marga/klen Setamanki dari Abmisibil. Dengan latar belakang adanya hubungan keluarga inilah yang mendorong Bapak Leitus Setamanki untuk membawa pekabaran injil kepada sanak saudaranya yang berada di kampung Okyip.

Seabagi katekis tugas utamanya adalah mengabarkan injil kebenaran Allah di kampung ini dimana kampung ini sejak turun-temurun hidup di bawah kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang sebagai pijakan hidup mereka. Selain dia sebagai penginjil/katekis, dia juga menjadi seorang guru dengan merintis sekolah buta huruf dan mengajar bagaimana cara mambaca dan menulis kepada masyarakat yang memang pada saat  itu boleh di katakan masih primitive. Pada perkembangan pelayanannya boleh dikatakan sangat pesat baik dari sisi rohaniah maupun dari sisi pendidikan karena masyarakat menerima pelayanan ini dengan baik dan mau menerimanay. Hal ini di sebabkan karena, selain masyarakat menganggap katekis/penginjilnya adalah bagian keluarga kampung Okyip, mereka juga melihat hal ini sangat baik dan tepat karena dengan ini telah ada kemajuan seperti terciptanya perdamaian antara suku yang sebelumnya merupakan musuh perang dan lain-lain.

Kemudian pada awal tahun 1984, dia (leitus Setamanki) mengajak teman-teman pemuda dari Gereja St. Maria Abmisil untuk melanjutkan pelayanan mereka di Okyip. Para pemuda yang tergabung dalam group missionaries ini datang ke Okyip dengan segala keberadaan mereka. Para missionaries tersebut diantaranya adalah Andy Urpon, Engel Kasipmabin, Bernard Sipka, Yan Kasipmabin, Hengki Kasipdana dan yang lainnya dimana pada saat itu masih mudah-mudah, kuat serta mempunyai semangat yang besar untuk melayani masyarakat terutama dalam bidang rohani. Pada mulannya mereka datang melayani masyarakat selama jangka waktu tertentu, misalnya 1-2 minggu sebulan kemudian kembali ke Abmisibil sebagai kampung halaman mereka. Kemudian pada perkembangannya meningkat menjadi 1-2 bulan setahun dan pada akhirnya para anak-anak muda ini memutuskan untuk ada yang tinggal menetap di Okyip untuk  melayani masyarakat disana. Dalam pelayanannya, mereka berperan sebagai katekis/missionaries dan mereka juga merangkap sebagai guru dan mantri (orderly) diamana mereka mengajar dari sisi rohani, pendidikan dan kesehatan.

Pada perkembangan selanjutnya pada tahun yang sama di tahun 1983, seorang figure yang juga merupakan peranakan dan keturunan dari kampung Okyip bernama Andy Urpon dimana mamanya adalah juga marga/klen Yamhin keturunan Yamhin Tapaa Aip (Tapar Aip/Abip) dan bapaknya adalah marga/klen Urpon keturunan Urpon Kukding Oksibil. Dimana beliau ini datang ke Okyip denga misi tersendiri yaitu membuka landasan pacu/lapangan terbang (Run way) sebagai perintis dan juga merupakan lanjutan dari pelayanan pekabaran injil di daerah ini yang dirintis oleh  Leitus Setammanki dan kawan-kawannya. Pada saat itu, beliau diterima baik oleh masyarakat setempat dengan segala misi pelayanannya. Hal ini di tandai dengan adanya pesta adat sebagai tanda ucapan terimakasih mereka terhadap kedatangannya dengan segala misi yang sangat mulia itu. Pada saat itu juga mereka (masyarakat) mengantar dan menunjukan beberapa tempat yang dianggap cocok untuk di jadikan sebagai landasan pacu/lapangan terbang (run way). Kemudian pada akhirnya mereka temukan Kot Aip/Au hibii sebagai tempat yang cocok untuk di jadikan sebagai landasan pacu/lapangan terbang (run way). Pada saat itu juga di pertengahan tahun yang sama tahun 1983 masyarakat melepaskan tanah itu untuk di persiapkan menjadi landasan pacu/lapangan terbang (run way) yang ditandai dengan pesta adat dan pemberkatan oleh para tokoh-tokoh adat dan utusan gereja (katekis/missionaries) untuk mempermuda mereka dalam pengerjaannya.

Kapan selesainya landasan pacu (run way) serta pilot siapa dan pastor siapa yang pertama masuk di Okyip dan bagaimana selanjtnya,,,,,???

Ikuti Part 2 dalam tulisan ini dan selanjutnya,,,,,

Terimakasih untuk waktu yang saudar/i luangkan untuk visit web kami. 

2 comments:

  1. pute2,,,yoe,,,yakono,,, kl bisa sesi 2 harus sgra..!!

    ReplyDelete
  2. Nek, yakon cuma kurang info dr orang tua nek ada sambungannya, nanti lanjut setelah cr info dr ortu di Jayapura dulu

    ReplyDelete

Thanks for visiting my blogspot